Selasa, 22 Mei 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep matematika Siswa Kelas VII


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Matematika
Berdasarkan etimologi perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan penalaran. Hal ini dimaksudkan bukan ilmu lain tidak diperoleh dengan penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagao aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dalam rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran didalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep – konsep matematika. Selain itu menurut Jhonson dan Rising (1971) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang ligik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan  istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya symbol, dan padat, lebih berupa dan hubungan suatu jalan atau pola piker, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat  (MKPBM UPI, 2001:16).
Kelompok matematikawan (dalam MKPBM UPI, 2001:17) berpendapat bahwa matematika adalah ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan matematika itu sendiri. Ilmu adalah untuk ilmu, matematika itu adalah ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan sendiri. Ada atau tidak adanya kegunaan matematika, bukanlah urusannya. Menurut pendapatnya, matematika itu adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik, akurat, abstrak, ketat, dan sebagainya. Walaupun pendapat ini benar, tetapi dapat menyebabkan pengajaran matematika itu kering, kurang kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sukar dan semacamnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika  adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia,  pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran, kemampuan untuk menghitung, kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan hubungan.
2.2 Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non contoh. Ambil contoh suatu konsep ialah garis lurus. Dengan adanya konsep itu memungkinkan kita memisahkan objek-objek; apakah objek itu garis lurus atau bukan (Ruseffendi, 2006:165). Sedangkan menurut Sagala (2005: 71) konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melakukan generalisasi dan berpikir abstrak, kegunaan  konsep untuk menjelaskan dan meramalkan. Pendapat kedua ahli tersebut  sejalan dengan Winkel (1991) (dalam Riyanto, 2009:54) bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Dengan demikian; belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman.
Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan suatu istilah. Seperti yang diungkapkan Nasution (2003:161) yang mengungkapkan bahwa “Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongna, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep”. Dipertegas oleh Bahri dalam Junaidi (http://wawan-junaidi.blogspot.com) bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang mewakili konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek yang ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Dari pengertian konsep yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak untuk mengklasifikasikan objek-objek yang biyasanya dinyatakan dalam suatu istilah kemudian dituangkan ke dalam ontoh dan bukan contoh, sehingga seseorang dapat mengerti suatu konsep dengan jelas. Dengan menguasai konsep seseorang dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu.
2.3 Pemahaman Konsep Matematika
            Pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematis. Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk kebentuk lainnya, penafsiran dan memperkirakan (Hamalik, 2010:48). Sejalan dengan Sagala (2005:157) pemahaman (Comprehension) adalah suatu kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:27) pemahaman yaitu mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. Menurut  Flavell (dalam Sagala, 2005:72), menyarankan bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu :
  1. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda.
  2. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.
  3. Keabstrakan, konsep-konsep dan dilihat dan konkret,atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.
  4. Keinklusifan, yaitu ditunjukan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu.
  5. Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan.
  6. Ketepatan yaitu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh dari noncontoh-noncontoh suatu contoh
  7. Kekuatan, yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menafsirkan konsep-konsep, memperkirakan, mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu dipelajari serta mampu menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari itu.
            Dalam belajar matematika diperlukan pemahaman dan penguasaan materi dalam membaca simbol, tabel dan diagram yang sering digunakan dalam matematika serta struktur matematika yang kompleks, dari yang kongkrit sampai yang abstrak, apalagi jika yang diberikan adalah soal dalam bentuk cerita yang memerlukan kemampuan penerjemahan soal kedalam kalimat matemtika dengan memperhatikan maksud dari pertanyaan soal tersebut. Menurut (Yustisia, 2008:429), pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan melakukan prosedur ( algoritma ) secara lues, akurat, efisien, dan  tepat.
Salah satu tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Untuk menanamkan konsep suatu materi pelajaran,biasanya sajian diberikan dari pengalaman yang suudah diketahui siswa menuju ke definisi formal materi tersebut. Definisi tidak diberikan dalam bentuk final / akhir, namun siswa mencoba merumuskan sendiri dari hasil pengalamannya dengan bahasannya sendiri (Ahsan, 1998:153). Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa tujuan utama pengajaran matematika adalah pencapaian transfer belajar. Maka penguasaan konsep perlu dibuktikan dengan kemampuan siswa untuk mengerjakan soal – soal. Dari kegiatan inilah guru dapat mengetahui kemampuan siswa menggunakan konsep tersebut dalam menyelesaikan soal –soal dapat mendiagnosis kesulitan siswanya. Konsep dalam matematika meliputi : definisi, aksioma dan asumsi. Di dalam menyelesaikan soal – soal penguasaan konsep merupakan hal yang sangat mendasar harus dimiliki oleh akhiswa. Selama ini, hanya melihat hasil akhir dari pekerjaan siswa dan tidak memperhtikan kemampuan dalam pemahaman konsep. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman konsep siswa terhadap materi pembelajaran yang harus dikuasainya, maka dilakukan pemahaman konsep (http://idb4.wikispaces.com).
Adapun indikator yang menunjukan pemahaman konsep (Kesumawati, 2008:4) antara lain adalah:
1.      Menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. Contohnya : siswa dapat menyatakan ulang definisi dari persegi panjang, unsur-unsur persegi panjang,definisi dari jajar genjang, unsur-unsur jajar genjang dll.
·         Persegi panjang adalah bangun datar segi empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan memiliki empat sudut siku-siku.
·         Unsur-unsur persegi panjang:
2.      Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya) adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut sifat-sifat yang terdapat pada materi.
Contohnya: Unsur -unsur perseg panjang
a.       AB, BC, CD dan DA adalah sisi-sisi persegi panjang
b.       adalah sudut-sudut pada persegi panjang
c.       AC dan BD adalah diagonal-diagonal persegi panjang         
3.      Memberi contoh dan non contoh dari konsep adalah kemampuan siswa dalam membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi yang dipelajari.
Contonhnya:
·    Gambar persegi panjang
a.        

b.       




·      Bukan gambar persegi panjang
 



4.       Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis adalah kemampuan siswa dalam memaparkan konsep secara berurut yang bersifat matematis, menyusun cerita atau tertulis. Contohnya: Gambarlah persegi panjang ABCD dengan diagonal AC dan BD, bila panjang AB = 5 cm dan BC = 3cm!
Sketsa gambar:
                                                         
5.      Mengembangkan syarat perlu/syarat cukup suatu konsep adalah kemampuan siswa menyajikan mana syrat perlu dan mana syrat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi. Contohnya: apabila siswa diberi tugas untuk menghitung panjang diagonal satu (d1) suatu layang-layang ABCD dibawah ini yaitu BD, dengan ukuran AT = 6 cm, BC = 12 cm, dan CD = 5 cm, itu merupakan syarat perlu, sedangkan syarat cukup siswa tersebut terlebih dahulu menentukan panjang BT dan panjang DT.
6.      Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur/operasi tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan prosedur. Contoh: siswa mampu menyelesaikan soal berikut, Sebidang lantai berukuran 2,8 meter x 3,2 meter akan ditutup keramik persegi berukuran 40 cm x 40 cm. Banyak keramik yang diperlukan adalah!
Yang termasuk indikator ini yaitu ketika siswa terlebih dahulu  mencari:
Luas lantai = 2,8 m x 3,2 m
             = 280 cm x 320 cm
             = 89.600 cm2
Luas keramik = 40 cm x 40 cm
                       = 1600 cm2
7.      Mengaplikasikan konsep/algoritma pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedural dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Contohnya:Seperti pada contoh soal indikator 6, maka pada indikator ini siswa mampu mencari banyak keramik dengan mencari:
Banyak keramik yang diperlukan =
                                                      =
Jadi, banyak keramik yang diperlukan 56 buah.

Penguasaan konsep perlu dibuktikan dengan kemampuan siswa mengerjakan soal-soal. Dari kegiatan ini guru dapat mengetahui kemampuan siswa menggunakan konsep dalam menyelesaikan soal sekali gus dapat mendiagnosa kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal.
  Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan pemahaman konsep matematika adalah proses terjadinya transper ilmu pengetahuan mengenai konsep matematika yang merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam belajar matematika. Dalam pengajaran konsep matematika diharapkan siswa benar-benar aktif. Sehingga akan berdampak ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan bertahan lebih lama. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik.

2.4 Inquiry
2.4.1 Pengertian Inquiry
          Menurut (Trianto,2007 : 133) Suatu Proses pembelajaran yang baik pada dasarnya menginginkan peserta didik mampu memahami suatu konsep melalui penemuannya sendiri dengan melakukan suatu percobaan , untuk mencapai hal tersebut yaitu dengan menggunakan inquiry. Pembelajaram berdasarkan inquiry dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuan berdiscovery dan kemampuan lainnya. Dalam inquiry seorang bertindak sebagai ilmuan ( scientist), melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinquiry ( Hamalik,2007 : 219). Sehingga inquiry dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang melibatkan mental yang menuntut siswa berfikir tingkat tinggi.
          inquiry merupakan perluasan dari proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya dalam proses inquiry mengandung proses mental yang sangat tinggi misalnya merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data serta menarik kesimpulan. Sedangkan discovery adalah suatu proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip ( Suryosubroto,2009 :179). Proses inquiry lebih menuntut siswa untuk berfikir layaknya seorang ilmiah, dalam hal ini siswa diberikan kebebasan untuk mengekspresikan ide-ide atau kreatifitasnya untuk melakukan eksperimen.
          Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris; ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk mengajar didepan kelas. inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelakaran berbasis kontestual. Pengetahuan  dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri ( Trianto,2009: 114).  Kegiatan inquiry diawali dari pengamatan terhadap penomena dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa.
 Menurut (Sudjana,2009: 154)  Inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini lebih menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah”. Sedangkan menurut ( Suhana dan Hanafiah,2009:77)  inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan serta wujud adanya perubahan perilaku”. Sejalan dengan pedapat Gulo dalam Trianto (2007:135) bahwa inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa inquiry merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dituntut untuk berpikir logis, kritis, analitis dan kreatif melalui percobaan atau eksperimen sedangkan guru hanya berperan sebagai pasilitator atau penyampai pada proses pembelajaran. Dengan adanya inquiry ini siswa dituntut untuk berfikir layaknya seorang ilmuan yang menemukan sendiri cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan ide-ide dan kreatifitas yang dimiliki.
2.4.2 Model Pembelajaran Inquiry
     Indrawati dalam Trianto (2007:134) menyatakan bahwa pembelajaran pada umunya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaiman dampaknya terhadap cara-cara mengelolah informasi. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inquiry. Inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inquiry bararti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi (Suryosubroto dalam Trianto, 2007:135). Proses model pembelajaran inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan (Gulo dalam Trianto, 2007:137). Menurut Mudjiono dan Dimyati (2006:173) ” pembelajaran inquiry merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengelolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai”. Sehingga siswa dalam model pembelajaran inquiry adalah pelaku, dimana model pembelajaran inquiry memusatkan siswa untuk melakukan penyelidikan atau eksperimen untuk memecahkan suatu permasalahan melalui keterampilan yang dimiliki.
          Model pembelajarn inquiry dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam proses ilmiah kedalam waktu yang relatif singkat. Dalam model pembelajaran inquiry siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar. Sedangkan peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama seorang guru dalam model pembelajaran inquiry adalah memilih masalah yang perlu dijadikan suatu permasalahan yang akan dipecahkan sendiri oleh siswa ( Sudjana, 2009:154 ) Hasil penelitian Schlenker dalam Trianto (2007:136), menunjukkan bahwa latihan inquiry dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil, dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Pengatahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri dan informasi yang diperlukan, akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan oleh siswa sendiri ( Muslich,2009:45). Pengajaran berdasarkan inquiry adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran inquiry merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan cara berfikir yang bersifat penemuan yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang teramati. Atas dasar ini model pembelajaran inquiry menekankan pada pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil kesimpulan.
Sasaran utama kegiatan inquiry (Trianto, 2007:135) adalah:
1.    Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar;
2.    Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran;
3.    Mengembangkan sikap percaya diri pada siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa adalah:
1.    Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;
2.    Inquiry berfokus pada hipotesis; dan
3.    Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
1.    Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.
2.    Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
3.    Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
4.    Administator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5.    Pengaruh, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6.    Manajer, mengelolah sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7.    Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

2.4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
 Gulo (dalam Trianto, 2007:137) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut:
1.    Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inquiry dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut ditulis di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2.  Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3.    Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
4.    Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan meganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memeperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inquiry yang telah dilakukannya.
5.    Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiry adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Tabel 1
Langkah-langkah model pembelajaran inquiry kegiatan guru dan siswa
Langkah Pembelajaran
Kegiatan guru
Kegiatan siswa
Langkah 1
Orientasi
Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan
Memperhatikan penjelasan yang diperhatikan oleh guru
Langkah II
Merumuskan Masalah
Mengajak siswa untuk mengemukakan suatu pokok yang akan dijadikan suatu permasalahn yang hendak dikaji.

Mengemukakan pokok yang akan dijadikan masalah atau menjadi pokok yang dikemukakan guru sebagai masalah yang akan dipecahkan
Langkah III
Merumuskan Hipotesis
Memberi kesempatan pada siswa untuk merumuskan hipotesis yang relevan sesuai dengan pokok permasalahan.
Siswa bersaman-sama merumuskan hipotesis yang relevan sesuai dengan pokok permasalahan
Langkah IV
Mengumpulkan Data
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengelolahan data yang terkumpul
Siswa  mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk dijadikan bahan penelitian
Langkah V
Menguji Hipotesis
Meminta  siswa untuk menguji hipotesi  berdasarkan hasil  penelitian yang didapat.
Siswa  menguji hipotesis sesuai dengan data yang diperoleh
Langkah VI
Membuat kesimpulan
Guru  meminta siswa dalam membuat kesimpulan sesuai dengan hasil yang diperoleh.
Siswa  menyimpulkan sesuai dengan jawaban dari hasil masalah.

2.4.5 Keunggulan Model Pembelajaran Inquiry
Adapun beberapa keunggulan  dari model pembelajaran inquiry yaitu (Hanafiah dan Cucu Suhanah, 2009:7):
1.    membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif;
2.    peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat mengerti dan mengendap dalam pikirannya;
3.   dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi.
4.   memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat msing-masing;
5.   memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sndiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.
   2.4.6  Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Inquiry
            Menurut ( Suherman,2003 :215) tujuan utama model pembelajaran inquiry adalah agar siswa tahu dan mampu mentransper pengetahuan kedalam situasi lain melalui tahap sebagai berikut :
1.  Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan dan tekateki.
2.  Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterima, siswa melakukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperoleh untuk memecahkan pertanyaan dan masalah.
3.  Siswa menghayati pengetahuan yang diperoleh dengan model pembelajaran inquiry yang baru dilaksanakan.
4.  Siswa menganalisis model pembelajaran inquiry dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan model pembelajaran umum yang dapat diterapkan kesituasi lain.
     Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran inquiry adalah siswa dapat mengembangkan keterampilan dan kemampuan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan serta mengembangkan kemampuan dalam berfikir untuk cermat, logis, tanggap dan analisis untuk memecahkan suatu permasalahan yang ada melalui informasi atau data yang diperoleh.
      Menurut Suhana dan Hanafiah ( 2009 : 278 ) ada beberapa manfaat dan fungsi dari model pembelajaran inquiry sebagai berikut :
1.      Membangun komitmen (commitment bulding) dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran
2.      Mengembangkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
3.      Mengembangkan sikap percaya diri ( self confidence ) dan terbuka ( openess) terhadap hasil temuannya.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa manfaat dan fungsi dari model pembelajaran inquiry adalah membentuk sikap mental dimana siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran untuk menemukan sendiri suatu permasalahan.
2.5 Keterkaitan Model Pembelajaran Inquiry dengan Pemahaman Konsep Matematika
            Model pembelajaran inquiry adalah kegiatan pembelajaran yang diawalai dengan eksplorasi konsep, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan sesuai dengan pengetahuan awal yang mereka miliki. Siswa diberikan kesempatan untuk mencari sendiri jawaban permasalahan yang diberikan, dan hal lainnya yang berkaitan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Dengan demikian, model pembelajaran ini diduga dapat meningkatkan potensi intelektual siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran model  inquiry, siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka dengan konsep-konsep dan prinsip (Hamdani, 2011: 23).
Penggunaan model pembelajaran inquiry dalam memahami konsep matematika dirasa sangat efektif. Karena sesuai dengan pendapat Sholeh (1998:39) bahwa saat ini siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika, siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar, tidak mengerti arti lambang-lambang, tidak memahami asal-usul suatu prinsip. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika secara tuntas, maka model pembelajaran inquiry baik untuk pemahaman konsep matematika siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran inquiry, dapat melatih siswa untuk menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep. Karena pemahaman konsep matematika dengan cara menemukan sendiri, penguasaan  terhadap materi yang ditemukan akan selalu melekat di ingatan siswa dan itu jauh lebih baik dari pada pemahaman terhadap konsep yang diajarkan dengan pemberitahuan. Dengan menemukan sendiri maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan. Pemahaman terhadap konsep memang tidak akan efektif bila hanya disampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. konsep sebaiknya diajarkan melalui penemuan, tidak melalui pemberitahuan (Ruseffendi, 2006:192).
            Dari uraian di atas, jelas bahwa ada hubungan model pembelajaran inquiry dengan pemahaman konsep matematika  yaitu cara menemukan sendiri dalam proses pembelajaran matematika, maka penguasaan terhadap konsep matematika akan selalu melekat di ingatan siswa dan tidak mudah dilupakan. Belajar matematika akan lebih bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, sebaiknya dapat ditemukan oleh siswa dengan bimbing guru. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk menemukan sendiri membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, khusunya dalam pembelajaran matematika.
2. 6 Anggapan Dasar
Menurut Surakhmad (dikutip Arikunto 2006:65),Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”.Dalam penelitian ini yang menjadi anggapan dasar adalah “Model pembelajaran inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya (Sugiyono,2010:64). Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,  belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan dari permasalahan di atas maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII di MTs Al-Ihsaniyah Palembang”.
2.8 Kreteria Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji-t satu pihak:
Ho: : tidak ada pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan pemahaman    konsep matematika siswa kelas VII di MTs Al-Ihsaniyah Palembang.
Ha: :    ada pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan pemahaman    konsep matematika siswa kelas VII di MTs Al-Ihsaniyah Palembang.
Adapun kriteria pengujian hipotesis ini adalah tolak Ho jika t  > t  dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = n  + n  - 2 dengan taraf nyata  = 5% dalam hal ini diterima (Sudjana, 2005: 239).

2. 9 Kajian Terdahulu yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika diantaranya dilakukan oleh ,Ani Novriyanti (2009),Ersa Eka Novitasri  (2010), Desrianah (2011), Ria Marita (2011).
Ani Novriyanti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh model pembelajaran inquiry training pada pelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 1 Indralaya” dan kesimpulan yang didapatnya bahwa hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Indralaya mendapat nilai baik dengan model pembelajaran inquiry dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model konvensional.
Menurut Ersa Eka Novitasri  (2010) dalam penelitiiannya yang berjudul “ Penerapan metode inquiry dalam pembelajaran matematika pada materi pokok tabung dan kerucut di SMP Negeri 7 Palembang”.  Dari penelitian tersebut diperoleh hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode inquiry termasuk dalam kategori baik.
Selain itu, Desrianah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep matematika pada siswa di kelas VIII SMP Negeri 3 Lahat”. Kesimpulan yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang positif model pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep mtematika siswa.
Metode Inquiry pernah diteliti juga oleh Ria Marita (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan metode inquiry pada materi pokok bangun ruang di kelas
                       

10 komentar:

  1. thank'z sis infonya,,
    kbetulan aq jg mo nulis soal inquiry dlm matematika bt proposal,
    kra2 materi ap ya yg cocok buat model ini?
    trus skenarionya dlm kelas tuh gmna ya?

    BalasHapus
  2. saya sdh membaca tulisan anda, and bermanfaat serta menginsfirsi sekali untuk tulisan yg akan sy buat.
    Mohon info referensinya ke hmdmuslim127@gmail.com.
    Sekali lagi trims ya...

    BalasHapus
  3. thanx.. sngat bermanfaat.. izin ngasih masukan nih... klo bsa d cantumkan daftar pstaka'a mbak..heheh.. (y)

    BalasHapus
  4. mw numpang nanya nih gan.....metode inquiry gmn ya contoh soalnya lw materinya faktorisasi suku aljabar (SMP ) ?

    BalasHapus
  5. kalo contoh penerapan metode inquiry materi kls 7 ada nggak ?

    BalasHapus
  6. terima kasih ya atas info yang di berikan sangat membantu saya..!!

    BalasHapus
  7. terimakasih sangat bermanfaat,boleh minta referensinya?mohon kirim ke nuurkh43@yahoo.com

    BalasHapus
  8. Terima Kasih Banyak, Sangat bermanfaat..

    BalasHapus
  9. terimakasih , sangat bermanfaat :)
    kira-kira pembelajaran inquiry ini cocok tidak ke materi turunan ?

    BalasHapus
  10. Download the Free Microtouch Solo Solo Titanium APK on Windows 10
    Download the free Microtouch Solo titanium coating Solo Solo Titanium 2019 ford ecosport titanium APK for PC, black titanium rings Mac, and mobile with a oakley titanium sunglasses mobile app. It race tech titanium is available as a free.apk file.

    BalasHapus