BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Matematika
Berdasarkan
etimologi perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
penalaran. Hal ini dimaksudkan bukan ilmu lain tidak diperoleh dengan
penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia
rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi
atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil
pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Pada
tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara
empiris, karena matematika sebagao aktivitas manusia kemudian pengalaman itu
diproses dalam rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran
didalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa
konsep – konsep matematika. Selain itu menurut Jhonson dan Rising (1971)
mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang ligik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat,
jelas dan akurat, representasinya symbol, dan padat, lebih berupa dan hubungan
suatu jalan atau pola piker, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat (MKPBM UPI, 2001:16).
Kelompok
matematikawan (dalam MKPBM UPI, 2001:17) berpendapat bahwa matematika adalah
ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan matematika itu sendiri. Ilmu adalah
untuk ilmu, matematika itu adalah ilmu yang dikembangkan untuk kepentingan
sendiri. Ada atau tidak adanya kegunaan matematika, bukanlah urusannya. Menurut
pendapatnya, matematika itu adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif
atau aksiomatik, akurat, abstrak, ketat, dan sebagainya. Walaupun pendapat ini
benar, tetapi dapat menyebabkan pengajaran matematika itu kering, kurang kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari, sukar dan semacamnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia,
pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran, kemampuan untuk
menghitung, kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubungan hubungan.
2.2
Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan
kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non contoh. Ambil
contoh suatu konsep ialah garis lurus. Dengan adanya konsep itu memungkinkan
kita memisahkan objek-objek; apakah objek itu garis lurus atau bukan
(Ruseffendi, 2006:165). Sedangkan menurut Sagala (2005: 71) konsep merupakan
buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang melahirkan produk
pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta,
peristiwa, pengalaman, melakukan generalisasi dan berpikir abstrak,
kegunaan konsep untuk menjelaskan dan
meramalkan. Pendapat kedua ahli tersebut sejalan dengan Winkel (1991) (dalam Riyanto,
2009:54) bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
memiliki ciri-ciri yang sama. Dengan demikian; belajar konsep merupakan salah
satu cara belajar dengan pemahaman.
Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, diharapkan akan dapat
menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan suatu istilah. Seperti yang
diungkapkan Nasution (2003:161) yang mengungkapkan bahwa “Bila seseorang dapat
menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongna, kelas, atau
kategori, maka ia telah belajar konsep”. Dipertegas oleh Bahri dalam Junaidi (http://wawan-junaidi.blogspot.com) bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri yang sama. Orang yang mewakili konsep mampu mengadakan abstraksi
terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek yang ditempatkan dalam
golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk
representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam
bentuk suatu kata (lambang bahasa).
Dari pengertian konsep yang telah diuraikan
diatas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide abstrak untuk
mengklasifikasikan objek-objek yang biyasanya dinyatakan dalam suatu istilah
kemudian dituangkan ke dalam ontoh dan bukan contoh, sehingga seseorang dapat
mengerti suatu konsep dengan jelas. Dengan menguasai konsep seseorang dapat
menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu.
2.3 Pemahaman Konsep
Matematika
Pemahaman adalah kemampuan
melihat hubungan-hubungan antara berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang
problematis. Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk kebentuk
lainnya, penafsiran dan memperkirakan (Hamalik, 2010:48). Sejalan dengan Sagala
(2005:157) pemahaman (Comprehension) adalah suatu kemampuan untuk
mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan
memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari. Sedangkan menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006:27) pemahaman yaitu mencakup kemampuan menangkap
arti dan makna tentang hal yang dipelajari. Menurut Flavell
(dalam Sagala, 2005:72), menyarankan bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat
dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu :
- Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda.
- Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.
- Keabstrakan, konsep-konsep dan dilihat dan konkret,atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.
- Keinklusifan, yaitu ditunjukan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu.
- Generalitas atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan.
- Ketepatan yaitu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh dari noncontoh-noncontoh suatu contoh
- Kekuatan, yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kemampuan menafsirkan
konsep-konsep, memperkirakan, mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu
dipelajari serta mampu menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari
itu.
Dalam
belajar matematika diperlukan pemahaman dan penguasaan materi dalam membaca
simbol, tabel dan diagram yang sering digunakan dalam matematika serta struktur
matematika yang kompleks, dari yang kongkrit sampai yang abstrak, apalagi jika
yang diberikan adalah soal dalam bentuk cerita yang memerlukan kemampuan
penerjemahan soal kedalam kalimat matemtika dengan memperhatikan maksud dari
pertanyaan soal tersebut. Menurut (Yustisia, 2008:429), pemahaman konsep
merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan melakukan
prosedur ( algoritma ) secara lues, akurat, efisien, dan tepat.
Salah
satu tujuan mata pelajaran matematika dalam KTSP yaitu bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat. Untuk menanamkan konsep suatu materi pelajaran,biasanya
sajian diberikan dari pengalaman yang suudah diketahui siswa menuju ke definisi
formal materi tersebut. Definisi tidak diberikan dalam bentuk final / akhir,
namun siswa mencoba merumuskan sendiri dari hasil pengalamannya dengan
bahasannya sendiri (Ahsan, 1998:153). Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa
tujuan utama pengajaran matematika adalah pencapaian transfer belajar. Maka
penguasaan konsep perlu dibuktikan dengan kemampuan siswa untuk mengerjakan
soal – soal. Dari kegiatan inilah guru dapat mengetahui kemampuan siswa
menggunakan konsep tersebut dalam menyelesaikan soal –soal dapat mendiagnosis
kesulitan siswanya. Konsep dalam matematika meliputi : definisi, aksioma dan
asumsi. Di dalam menyelesaikan soal – soal penguasaan konsep merupakan hal yang
sangat mendasar harus dimiliki oleh akhiswa. Selama ini, hanya melihat hasil
akhir dari pekerjaan siswa dan tidak memperhtikan kemampuan dalam pemahaman
konsep. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman konsep siswa terhadap materi
pembelajaran yang harus dikuasainya, maka dilakukan pemahaman konsep (http://idb4.wikispaces.com).
Adapun indikator yang menunjukan pemahaman konsep (Kesumawati, 2008:4) antara lain adalah:
1.
Menyatakan
ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang
telah dikomunikasikan kepadanya. Contohnya : siswa dapat menyatakan
ulang definisi dari persegi panjang, unsur-unsur persegi panjang,definisi dari
jajar genjang, unsur-unsur jajar genjang dll.
·
Persegi panjang adalah bangun datar segi
empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan memiliki empat sudut siku-siku.
·
Unsur-unsur persegi panjang:
2. Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu
(sesuai dengan konsepnya) adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut sifat-sifat yang terdapat pada
materi.
Contohnya: Unsur -unsur perseg panjang
a.
AB, BC, CD dan DA adalah sisi-sisi
persegi panjang
b.
adalah sudut-sudut pada persegi panjang
c.
AC dan BD adalah diagonal-diagonal
persegi panjang
3.
Memberi
contoh dan non contoh dari konsep adalah kemampuan siswa dalam membedakan
contoh dan bukan contoh dari suatu materi yang dipelajari.
Contonhnya:
· Gambar
persegi panjang
a.
b.
·
Bukan
gambar persegi panjang
4.
Menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis adalah kemampuan siswa dalam memaparkan konsep
secara berurut yang bersifat matematis, menyusun
cerita atau tertulis. Contohnya: Gambarlah persegi panjang ABCD dengan diagonal
AC dan BD, bila panjang AB = 5 cm dan BC = 3cm!
Sketsa gambar:
5. Mengembangkan syarat perlu/syarat cukup suatu konsep
adalah kemampuan siswa menyajikan mana syrat perlu dan mana syrat cukup yang
terkait dalam suatu konsep materi. Contohnya: apabila siswa
diberi tugas untuk menghitung panjang diagonal satu (d1) suatu
layang-layang ABCD dibawah ini yaitu BD, dengan ukuran AT = 6 cm, BC = 12 cm,
dan CD = 5 cm, itu merupakan syarat perlu, sedangkan syarat cukup siswa
tersebut terlebih dahulu menentukan panjang BT dan panjang DT.
6.
Menggunakan,
memanfaatkan, dan memilih prosedur/operasi tertentu adalah kemampuan siswa
menyelesaikan soal dengan prosedur. Contoh: siswa mampu menyelesaikan soal berikut,
Sebidang
lantai berukuran 2,8 meter x 3,2 meter akan ditutup keramik persegi berukuran
40 cm x 40 cm. Banyak keramik yang diperlukan adalah!
Yang termasuk indikator ini yaitu ketika siswa terlebih dahulu mencari:
Luas lantai = 2,8 m x 3,2 m
= 280 cm x 320
cm
= 89.600 cm2
Luas keramik = 40 cm x 40 cm
= 1600
cm2
7.
Mengaplikasikan
konsep/algoritma pemecahan masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep
serta prosedural dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Contohnya:Seperti pada contoh soal indikator 6, maka
pada indikator ini siswa mampu mencari banyak keramik dengan mencari:
Banyak keramik yang diperlukan =
=
Jadi, banyak keramik yang diperlukan 56 buah.
Penguasaan konsep perlu dibuktikan dengan kemampuan siswa
mengerjakan soal-soal. Dari kegiatan ini guru dapat mengetahui kemampuan siswa
menggunakan konsep dalam menyelesaikan soal sekali gus dapat mendiagnosa
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal.
Berdasarkan
uraian diatas penulis menyimpulkan pemahaman konsep matematika adalah proses terjadinya transper ilmu pengetahuan
mengenai konsep matematika yang merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam
belajar matematika. Dalam pengajaran konsep matematika diharapkan siswa
benar-benar aktif. Sehingga akan berdampak ingatan siswa tentang apa yang
dipelajari akan bertahan lebih lama. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat
oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah
yang tepat, jelas dan menarik.
2.4 Inquiry
2.4.1 Pengertian Inquiry
Menurut
(Trianto,2007 : 133) Suatu Proses pembelajaran yang baik pada dasarnya
menginginkan peserta didik mampu memahami suatu konsep melalui penemuannya sendiri dengan melakukan suatu percobaan , untuk mencapai hal
tersebut yaitu dengan menggunakan inquiry. Pembelajaram berdasarkan inquiry dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuan berdiscovery dan kemampuan lainnya. Dalam inquiry seorang bertindak sebagai ilmuan ( scientist), melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses
mental berinquiry ( Hamalik,2007 : 219). Sehingga inquiry dapat dikatakan sebagai proses pembelajaran yang
melibatkan mental yang menuntut siswa berfikir tingkat tinggi.
inquiry merupakan perluasan dari proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya dalam proses inquiry mengandung proses mental yang sangat tinggi misalnya
merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan
data, menganalisis data serta menarik kesimpulan. Sedangkan discovery adalah suatu proses mental dimana siswa mengasimilasikan
suatu konsep atau suatu prinsip ( Suryosubroto,2009 :179). Proses inquiry lebih menuntut siswa untuk berfikir layaknya seorang
ilmiah, dalam hal ini siswa diberikan kebebasan untuk mengekspresikan ide-ide
atau kreatifitasnya untuk melakukan eksperimen.
Inquiry adalah istilah dalam bahasa
inggris; ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk mengajar
didepan kelas. inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelakaran
berbasis kontestual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri ( Trianto,2009: 114). Kegiatan inquiry diawali dari pengamatan terhadap penomena dilanjutkan
dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh
sendiri oleh siswa.
Menurut
(Sudjana,2009: 154) ”Inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan
mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini lebih menempatkan siswa
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah”. Sedangkan menurut (
Suhana dan Hanafiah,2009:77) ” inquiry
merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis,kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap dan keterampilan serta wujud adanya perubahan perilaku”. Sejalan dengan pedapat Gulo
dalam Trianto (2007:135) bahwa inquiry
merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa inquiry merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa dituntut untuk berpikir logis,
kritis, analitis dan kreatif melalui percobaan atau eksperimen sedangkan guru
hanya berperan sebagai pasilitator atau penyampai pada proses pembelajaran.
Dengan adanya inquiry ini
siswa dituntut untuk berfikir layaknya seorang ilmuan yang menemukan sendiri
cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan ide-ide dan
kreatifitas yang dimiliki.
2.4.2
Model Pembelajaran Inquiry
Indrawati dalam Trianto (2007:134)
menyatakan bahwa pembelajaran pada umunya akan lebih efektif bila diselenggarakan
melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun
pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi
menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaiman dampaknya terhadap
cara-cara mengelolah informasi. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan
informasi adalah model pembelajaran inquiry.
Inquiry merupakan perluasan proses discovery
yang digunakan lebih mendalam. Inquiry
bararti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk
mencari atau memahami informasi (Suryosubroto dalam Trianto, 2007:135). Proses
model pembelajaran inquiry tidak
hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada,
termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan (Gulo dalam Trianto, 2007:137). Menurut Mudjiono dan Dimyati (2006:173) ” pembelajaran inquiry merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengelolah
pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai”. Sehingga
siswa dalam model pembelajaran
inquiry adalah pelaku, dimana model pembelajaran inquiry memusatkan siswa untuk melakukan penyelidikan atau
eksperimen untuk memecahkan suatu permasalahan melalui keterampilan yang
dimiliki.
Model
pembelajarn inquiry dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam
proses ilmiah kedalam waktu yang relatif singkat. Dalam model pembelajaran inquiry siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek belajar.
Sedangkan peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing belajar dan fasilitator
belajar. Tugas utama seorang guru dalam model pembelajaran inquiry adalah memilih masalah yang perlu dijadikan suatu
permasalahan yang akan dipecahkan sendiri oleh siswa ( Sudjana,
2009:154 ) Hasil penelitian Schlenker dalam Trianto
(2007:136), menunjukkan bahwa latihan inquiry
dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa
menjadi terampil, dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Pengatahuan dan
keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri dan
informasi yang diperlukan, akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang
ditemukan oleh siswa sendiri ( Muslich,2009:45). Pengajaran berdasarkan inquiry adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa mencari
jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan
secara jelas dan struktural kelompok.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa model pembelajaran inquiry
merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan cara berfikir
yang bersifat penemuan yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang teramati.
Atas dasar ini model pembelajaran inquiry
menekankan pada pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu
proses kemudian mengambil kesimpulan.
Sasaran utama
kegiatan inquiry (Trianto, 2007:135)
adalah:
1.
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar;
2.
Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran;
3.
Mengembangkan sikap percaya diri pada siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inquiry.
Kondisi
umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa adalah:
1.
Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi;
2.
Inquiry berfokus pada hipotesis;
dan
3.
Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu,
peranan guru adalah sebagai berikut:
1.
Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.
2.
Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
3.
Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
4.
Administator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5.
Pengaruh, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6.
Manajer, mengelolah sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7.
Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
2.4.3 Langkah-langkah Model
Pembelajaran Inquiry
Gulo (dalam
Trianto, 2007:137) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelajaran inquiry
adalah sebagai berikut:
1.
Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inquiry dimulai ketika
pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah
jelas, pertanyaan tersebut ditulis di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk
merumuskan hipotesis.
2.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua
gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan
yang diberikan.
3.
Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang
dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
4.
Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
meganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis
adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memeperoleh kesimpulan, dari
data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila
ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inquiry yang telah
dilakukannya.
5.
Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiry
adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Pembelajaran akan
lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara
aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan
dengan bimbingan guru.
Tabel 1
Langkah-langkah
model pembelajaran
inquiry
kegiatan guru dan siswa
Langkah
Pembelajaran
|
Kegiatan guru
|
Kegiatan siswa
|
Langkah 1
Orientasi
|
Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan
|
Memperhatikan penjelasan yang diperhatikan oleh guru
|
Langkah II
Merumuskan
Masalah
|
Mengajak
siswa untuk mengemukakan suatu pokok yang akan dijadikan suatu permasalahn
yang hendak dikaji.
|
Mengemukakan pokok yang akan dijadikan masalah atau
menjadi pokok yang dikemukakan guru sebagai masalah yang akan dipecahkan
|
Langkah III
Merumuskan
Hipotesis
|
Memberi kesempatan pada siswa untuk merumuskan
hipotesis yang relevan sesuai dengan pokok permasalahan.
|
Siswa bersaman-sama
merumuskan hipotesis yang relevan sesuai dengan pokok permasalahan
|
Langkah IV
Mengumpulkan Data
|
Guru memberikan
kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengelolahan data
yang terkumpul
|
Siswa mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk
dijadikan bahan penelitian
|
Langkah V
Menguji Hipotesis
|
Meminta siswa untuk
menguji hipotesi berdasarkan
hasil penelitian yang didapat.
|
Siswa menguji hipotesis sesuai dengan data yang
diperoleh
|
Langkah VI
Membuat
kesimpulan
|
Guru meminta siswa dalam membuat kesimpulan
sesuai dengan hasil yang diperoleh.
|
Siswa menyimpulkan
sesuai dengan jawaban dari hasil masalah.
|
2.4.5 Keunggulan
Model Pembelajaran Inquiry
Adapun beberapa keunggulan dari
model pembelajaran inquiry yaitu
(Hanafiah dan Cucu Suhanah, 2009:7):
1.
membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif;
2.
peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
mengerti dan mengendap dalam pikirannya;
3.
dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat lagi.
4.
memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan
minat msing-masing;
5.
memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sndiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran
guru yang sangat terbatas.
2.4.6 Tujuan dan Manfaat Model
Pembelajaran Inquiry
Menurut
( Suherman,2003 :215) tujuan utama model pembelajaran inquiry adalah agar siswa tahu dan mampu mentransper pengetahuan
kedalam situasi lain melalui tahap sebagai berikut :
1. Guru merangsang
siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan dan tekateki.
2. Sebagai jawaban
atas rangsangan yang diterima, siswa melakukan prosedur mencari dan
mengumpulkan informasi atau data yang diperoleh untuk memecahkan pertanyaan dan
masalah.
3. Siswa menghayati
pengetahuan yang diperoleh dengan model pembelajaran inquiry yang baru dilaksanakan.
4. Siswa menganalisis
model
pembelajaran inquiry dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan model
pembelajaran umum yang dapat
diterapkan kesituasi lain.
Berdasarkan
uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran inquiry adalah siswa dapat mengembangkan keterampilan dan
kemampuan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan serta mengembangkan
kemampuan dalam berfikir untuk cermat, logis, tanggap dan analisis untuk
memecahkan suatu permasalahan yang ada melalui informasi atau data yang
diperoleh.
Menurut Suhana dan Hanafiah ( 2009 : 278 ) ada
beberapa manfaat dan fungsi dari model pembelajaran inquiry sebagai berikut :
1. Membangun komitmen
(commitment bulding) dikalangan peserta didik untuk belajar, yang
diwujudkan dengan keterlibatan kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan
menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran
2. Mengembangkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam
proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
3. Mengembangkan sikap percaya diri ( self confidence ) dan terbuka (
openess) terhadap hasil temuannya.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa
manfaat dan fungsi dari model pembelajaran inquiry adalah membentuk sikap mental dimana siswa dituntut
untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran untuk menemukan
sendiri suatu permasalahan.
2.5 Keterkaitan Model Pembelajaran Inquiry dengan Pemahaman Konsep Matematika
Model pembelajaran
inquiry adalah kegiatan pembelajaran yang diawalai dengan
eksplorasi konsep, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasan sesuai dengan pengetahuan awal yang mereka miliki. Siswa diberikan
kesempatan untuk mencari sendiri jawaban permasalahan yang diberikan, dan hal
lainnya yang berkaitan dengan pengamatan dan pengalaman sendiri. Dengan
demikian, model pembelajaran ini diduga dapat meningkatkan potensi intelektual
siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran model inquiry,
siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka dengan
konsep-konsep dan prinsip (Hamdani, 2011: 23).
Penggunaan model pembelajaran inquiry dalam memahami konsep matematika
dirasa sangat efektif. Karena sesuai dengan pendapat Sholeh (1998:39) bahwa saat
ini siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika, siswa tidak
bisa menangkap konsep dengan benar, tidak mengerti arti lambang-lambang, tidak
memahami asal-usul suatu prinsip. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika
secara tuntas, maka model pembelajaran inquiry
baik untuk pemahaman konsep matematika siswa. Dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry, dapat melatih
siswa untuk menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep. Karena
pemahaman konsep matematika dengan cara menemukan sendiri, penguasaan terhadap materi yang ditemukan akan selalu
melekat di ingatan siswa dan itu jauh lebih baik dari pada pemahaman terhadap
konsep yang diajarkan dengan pemberitahuan. Dengan menemukan sendiri maka hasil
yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan.
Pemahaman terhadap konsep memang tidak akan efektif bila hanya disampaikan
dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. konsep sebaiknya
diajarkan melalui penemuan, tidak melalui pemberitahuan (Ruseffendi, 2006:192).
Dari
uraian di atas, jelas bahwa ada hubungan model pembelajaran inquiry dengan pemahaman konsep
matematika yaitu cara menemukan sendiri
dalam proses pembelajaran matematika, maka penguasaan terhadap konsep matematika
akan selalu melekat di ingatan siswa dan tidak mudah dilupakan. Belajar
matematika akan lebih bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai
cara untuk membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, suatu rumus,
konsep atau prinsip dalam matematika, sebaiknya dapat ditemukan oleh siswa
dengan bimbing guru. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk menemukan
sendiri membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu,
khusunya dalam pembelajaran matematika.
2.
6 Anggapan Dasar
Menurut
Surakhmad (dikutip Arikunto
2006:65), “Anggapan dasar adalah
sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”.Dalam penelitian
ini yang menjadi anggapan dasar adalah “Model pembelajaran inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan
logis, sehingga mereka merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya (Sugiyono,2010:64).
Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang
empirik.
Berdasarkan
dari permasalahan di atas maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah “Ada pengaruh model pembelajaran inquiry
terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII di MTs
Al-Ihsaniyah Palembang”.
2.8 Kreteria Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini digunakan uji-t satu pihak:
Ho:
: tidak ada pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa
kelas VII di MTs Al-Ihsaniyah Palembang.
Ha:
: ada pengaruh
model pembelajaran inquiry terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa kelas VII di MTs Al-Ihsaniyah Palembang.
Adapun kriteria pengujian
hipotesis ini adalah tolak Ho jika t
> t
dimana
distribusi t yang digunakan mempunyai dk = n
+ n
- 2 dengan
taraf nyata
= 5% dalam hal
ini diterima (Sudjana, 2005: 239).
2. 9 Kajian Terdahulu yang Relevan
Beberapa hasil penelitian
yang relevan dengan pengaruh model pembelajaran inquiry terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika diantaranya
dilakukan oleh ,Ani Novriyanti (2009),Ersa Eka Novitasri (2010), Desrianah (2011), Ria Marita (2011).
Ani Novriyanti (2009) dalam
penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh model pembelajaran inquiry training pada
pelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 1 Indralaya”
dan kesimpulan yang didapatnya bahwa hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Indralaya
mendapat nilai baik dengan model pembelajaran inquiry dibandingkan
dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model konvensional.
Menurut Ersa Eka Novitasri (2010) dalam penelitiiannya yang berjudul “
Penerapan metode inquiry dalam pembelajaran matematika pada materi pokok tabung
dan kerucut di SMP Negeri 7 Palembang”.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil belajar siswa setelah
diterapkannya metode inquiry termasuk dalam kategori baik.
Selain itu, Desrianah (2011)
dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan model pembelajaran inkuiri
terhadap pemahaman konsep matematika pada siswa di kelas VIII SMP Negeri 3
Lahat”. Kesimpulan yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang positif model
pembelajaran inkuiri terhadap pemahaman konsep mtematika siswa.
Metode Inquiry pernah diteliti juga oleh Ria
Marita (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan metode inquiry
pada materi pokok bangun ruang di kelas
thank'z sis infonya,,
BalasHapuskbetulan aq jg mo nulis soal inquiry dlm matematika bt proposal,
kra2 materi ap ya yg cocok buat model ini?
trus skenarionya dlm kelas tuh gmna ya?
saya sdh membaca tulisan anda, and bermanfaat serta menginsfirsi sekali untuk tulisan yg akan sy buat.
BalasHapusMohon info referensinya ke hmdmuslim127@gmail.com.
Sekali lagi trims ya...
thanx.. sngat bermanfaat.. izin ngasih masukan nih... klo bsa d cantumkan daftar pstaka'a mbak..heheh.. (y)
BalasHapusmw numpang nanya nih gan.....metode inquiry gmn ya contoh soalnya lw materinya faktorisasi suku aljabar (SMP ) ?
BalasHapuskalo contoh penerapan metode inquiry materi kls 7 ada nggak ?
BalasHapusterima kasih ya atas info yang di berikan sangat membantu saya..!!
BalasHapusterimakasih sangat bermanfaat,boleh minta referensinya?mohon kirim ke nuurkh43@yahoo.com
BalasHapusTerima Kasih Banyak, Sangat bermanfaat..
BalasHapusterimakasih , sangat bermanfaat :)
BalasHapuskira-kira pembelajaran inquiry ini cocok tidak ke materi turunan ?
Download the Free Microtouch Solo Solo Titanium APK on Windows 10
BalasHapusDownload the free Microtouch Solo titanium coating Solo Solo Titanium 2019 ford ecosport titanium APK for PC, black titanium rings Mac, and mobile with a oakley titanium sunglasses mobile app. It race tech titanium is available as a free.apk file.